Saat ini aku bekerja di bagian pengembangan dan pemasaran di sebuah perusahaan yang cukup bonafit. Dengan penghasilan yang bagiku sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargaku, dengan satu anak yang sedang 10 tahun usianya. Istriku juga bekerja, dan anakku sering aku titipkan ke simbahnya dan pengasuh di rumah. Kesibukanku bekerja kadang banyak memakan waktu dan sering aku pulang malam. Sering juga aku pulang ketika anaku sudah tertidur. Meskipun begitu, kehidupan keluargaku aku rasakan bahagia dan menyenangkan. Kadang aku juga sering membawa pulang pekerjaan kantorku dengan harapan pekerjaan di kantor bisa aku segera selesaikan. Sebenarnya aku tidak ingin menyombongkan diri dengan penghasilanku yang gaji pokonya saja sudah lumayan, belum ditambah dengan tunjangan lainnya serta tambahan uang lembur jika aku lembur sampai malam. Jika dirata-rata hampir setiap jam kerjaku digaji dengan gaji pokok Rp 20.000,-. bayangkan, lumayan kan gaji pokokku. Ambil mudahnya setiap hari aku rata-rata kerja 8 jam, 24 sampai 26 hari per bulan, terus dikalikan Rp. 20.000,- cukup membiayai kehidupanku totalnya, itu baru gaji pokok loh. Pernah aku bercerita kepada anaku yang belum begitu faham tentang gaji dan penghasilan, karena anaku memang rasa ingin taunya tinggi. Kujelaskan singkat bahwa kerja ayahnya ini untuk mendapatkan uang. Aku jelaskan bila nanti dia besar harus bekerja seperti aku, dengan begitu dia bisa membeli yang dia inginkan. Tentunya aku menjelaskan dengan analogi anak. Sekedar untuk memotifasi dan menambah pengetahuan ringannya saja. Aku juga sedikit bercerita tentang gajiku yang hampir perjamnya dibayar Rp. 20.000,-. dan aku motifasi dia agar besok jika sudah besar dan bekerja bisa lebih besar penghasilanya dariku. Tapi yang tetep namanya anak-anak, masih saja banyak tanya dan bertanya. Kenapa?kata yang sering ia sampaikan.
Sore ini aku pulang kerja, aku tidak lembur hari ini. Tapi aku berencana untuk menyelesaikan pekerjaanku di rumah. Di rumah aku telah mendesain sebuah ruang kerja, di sudut ruang keluarga bersebelahan dengan kamar tidur anakku dan kamar tidurku. Di situ biasanya aku mengerjakan pekerjaanku yang aku bawa pulang dari kantor. Sambil sesekali bermain dengan anaku yang memang masih senang bermain di ruangan keluarga.
Setelah mandi, istirahat dan makan malam aku menyiapkan berkas-berkas kerjaku dan laptop kerjaku di meja kerjaku, disebelah sana di ruang keluarga anaku sedang bermain sendirian, ibunya sedang menemani orang tuaku di teras depan, entah apa yang mereka bicarakan. Aku mulai mengerjakan pekerjaanku, sesekali aku melihat anaku. Aku mulai asik dengan laptopku.
"Ayah temani adek main ya, adek bosan main sendirian" aku kaget ketika anakku ternyata sudah di dekatku dengan membawa mainannya. Jadi sedikit buyar konsentrasiku. " Iya, sebentar ya nak, ayah selesaikan kerjaan ayah dulu". sahutku sembari melanjutkan kerjaku. Dia berjalan ke ruang keluarga lagi dan mulai bermain lagi, tapi sepertinya dia agak gusar, cara bermainnya dengan melempar-lemparkan mainannya. Hmmm aku sedikit terganggu karenanya. "Ayah...sini main, temani adek" teriaknya. "Iya bentar ya..." jawabku....
Dia mendekat padaku, "Ayah... adek boleh pinjam uangnya lima ribu ga yah" nadanya sedikit merajuk. "Buat apa dek?" aku bertanya tanpa melihat ke arahnya karena sedang fokus pada layar laptopku.
"Boleh tidak yah?" "Kalo ayah tidak mau temani adek maen.... ayah pinjemi adek 5000 aja."
"Buat apa sih dek?Besok aja ya...ntar malah ilang loh kalo mainan uang malam-malam" kataku untuk mengalihkan perhatiannya dan mau bermain lagi.
"Maunya sekarang ayah, soalnya kalo besok uangnya jadi tambah ayah"
"Kok tambah?"
"Iya soalnya besok ayah pasti kerja"
Aku kurang faham dengan omongannya.
"Boleh ga yah?"
"Besok aja ya,,,ayah sedang sibuk nih, adek main sendiri dulu aja ya, kalo adek udah ngantuk ajak bunda nemenin tidur dulu aja" sedikit pelan kataku tapi dengan menatapnya, mungkin tatapanku membuat ia takut dan kecewa dengan jawabanku.
Dia berlari ke kamarnya, dia menangis....sepertinya dia benar kecewa karena permintaannya aku tolak.
Wah jadi tidak bisa konsentrasi nih...dasar anak-anak sulit menjelaskannya, ...sabar....pikirku sedikit emosi....
Kemudian aku beranjak menuju kamarnya untuk sekedar membuat ia berhenti menangis. Aku liat ia menangis dengan telungkup di tempat tidurnya, ku dengar isak tangisnya...
Aku mendekatinya dengan membelai kepalanya...
"Buat apa sih uang dek...." aku bertanya pelan.
Dia tidak menjawab, dan sepertinya masik jelas saja isak tangisnya,...
Aku balikkan tubuhnya, "Adek...ayuk kita main" ajaku
Dia menggelengkan kepalanya sambil mengusap matanya yang penuh air matanya
"Adek uangnya mau buat apa?" aku bertanya lagi..saat dia sudah mulai redakan tangisannya.
"Adek cuma mau pinjem kok yah"..."Adek tidak minta...." dia mulai menjawab sambil masih terisak-isak.
"Buat apa?"...tanyaku lagi..
"Karena adek mengumpulkan sisa uang jajan adek dan adek liat uang adek terkumpul 15.000,..."
"Terus?" tanyaku
"Adek mau pinjem uang ayah 5.000. biar uang adek jadi genap 20.000"
"Buat apa dek uang 20.000 nya?"
"Buat gaji ayah...nemani adek main, sejam saja ayah"....jawabnya polos...
"Kalo aku minta ayah nemeni aku besok, pasti aku harus gaji ayah lebih banyak.. uang adek tidak cukup."
Aku hanya terdiam.....begitu polosnya anakku,...dan aku merasa waktuku untuknya begitu sedikit dan lebih banyak mementingkan pekerjaanku.....Kupeluk anaku.
...Maafkan ayah...
Dalam hatiku ku menangis.....
"Ayah temani adek main ya, adek bosan main sendirian" aku kaget ketika anakku ternyata sudah di dekatku dengan membawa mainannya. Jadi sedikit buyar konsentrasiku. " Iya, sebentar ya nak, ayah selesaikan kerjaan ayah dulu". sahutku sembari melanjutkan kerjaku. Dia berjalan ke ruang keluarga lagi dan mulai bermain lagi, tapi sepertinya dia agak gusar, cara bermainnya dengan melempar-lemparkan mainannya. Hmmm aku sedikit terganggu karenanya. "Ayah...sini main, temani adek" teriaknya. "Iya bentar ya..." jawabku....
Dia mendekat padaku, "Ayah... adek boleh pinjam uangnya lima ribu ga yah" nadanya sedikit merajuk. "Buat apa dek?" aku bertanya tanpa melihat ke arahnya karena sedang fokus pada layar laptopku.
"Boleh tidak yah?" "Kalo ayah tidak mau temani adek maen.... ayah pinjemi adek 5000 aja."
"Buat apa sih dek?Besok aja ya...ntar malah ilang loh kalo mainan uang malam-malam" kataku untuk mengalihkan perhatiannya dan mau bermain lagi.
"Maunya sekarang ayah, soalnya kalo besok uangnya jadi tambah ayah"
"Kok tambah?"
"Iya soalnya besok ayah pasti kerja"
Aku kurang faham dengan omongannya.
"Boleh ga yah?"
"Besok aja ya,,,ayah sedang sibuk nih, adek main sendiri dulu aja ya, kalo adek udah ngantuk ajak bunda nemenin tidur dulu aja" sedikit pelan kataku tapi dengan menatapnya, mungkin tatapanku membuat ia takut dan kecewa dengan jawabanku.
Dia berlari ke kamarnya, dia menangis....sepertinya dia benar kecewa karena permintaannya aku tolak.
Wah jadi tidak bisa konsentrasi nih...dasar anak-anak sulit menjelaskannya, ...sabar....pikirku sedikit emosi....
Kemudian aku beranjak menuju kamarnya untuk sekedar membuat ia berhenti menangis. Aku liat ia menangis dengan telungkup di tempat tidurnya, ku dengar isak tangisnya...
Aku mendekatinya dengan membelai kepalanya...
"Buat apa sih uang dek...." aku bertanya pelan.
Dia tidak menjawab, dan sepertinya masik jelas saja isak tangisnya,...
Aku balikkan tubuhnya, "Adek...ayuk kita main" ajaku
Dia menggelengkan kepalanya sambil mengusap matanya yang penuh air matanya
"Adek uangnya mau buat apa?" aku bertanya lagi..saat dia sudah mulai redakan tangisannya.
"Adek cuma mau pinjem kok yah"..."Adek tidak minta...." dia mulai menjawab sambil masih terisak-isak.
"Buat apa?"...tanyaku lagi..
"Karena adek mengumpulkan sisa uang jajan adek dan adek liat uang adek terkumpul 15.000,..."
"Terus?" tanyaku
"Adek mau pinjem uang ayah 5.000. biar uang adek jadi genap 20.000"
"Buat apa dek uang 20.000 nya?"
"Buat gaji ayah...nemani adek main, sejam saja ayah"....jawabnya polos...
"Kalo aku minta ayah nemeni aku besok, pasti aku harus gaji ayah lebih banyak.. uang adek tidak cukup."
Aku hanya terdiam.....begitu polosnya anakku,...dan aku merasa waktuku untuknya begitu sedikit dan lebih banyak mementingkan pekerjaanku.....Kupeluk anaku.
...Maafkan ayah...
Dalam hatiku ku menangis.....
Comments
Post a Comment